Ini Pun Akan Berlalu…

Seorang narapidana baru merasa ketakutan dan tertekan. Tembok-tembok batu di selnya seperti menyerap habis semua kehangatan; jeruji-jeruji besi bagai mencemooh segala belas kasih; suara gelegar baja yang beradu ketika gerbang ditutup, mengunci harapan jauh-jauh. Hatinya terpuruk sedalam hukumannya yang sedemikian lama. Di tembok, di atas kepala tempat tidur lipatnya, dia melihat sebuah kalimat yang tergores disana: INI PUN AKAN BERLALU.

Kalimat itu melecut semangatnya, mungkin demikian juga dengan narapidana lain sebelum dia. Tak peduli betapa beratnya, dia akan menatap tulisan itu dan mengingatnya, “Ini pun akan berlalu”. Pada hari dia dibebaskan, dia mengetahui kebenaran dari kata-kata itu. Waktunya telah terpenuhi; penjara pun telah berlalu. Ketika dia menjalani kembali kehidupan normalnya, dia sering merenungkan pesan itu, menulisnya di secarik kertas untuk ditaruh di samping tempat tidurnya, di mobil, dan di tempat kerja.

Bahkan saat dia mengalami hal-hal yang buruk, dia tak akan menjadi depresi. Dengan mudah dia akan mengingat “Ini pun akan berlalu”, dan terus berjuang. saat-saat yang buruk pun tidak memerlukan waktu yang lama untuk berlalu. Lalu ketika saat-saat yang menyenangkan tiba, dia menikmatinya, tetapi tanpa terlalu sembrono. Sekali lagi dia akan mengingat “Ini pun akan berlalu”, dan terus lanjut bekerja, tanpa menggampangkan hal yang menyenangkan itu. Saat-saat yang indah biasanya juga tak akan bertahan lama-lama.

Bahkan ketika dia menderita kanker, “Ini pun akan berlalu” telah memberinya pengharapan. Pengharapan memberinya kekuatan dan sikap positif yang mengalahkan penyakitnya. Suatu hari, dokter spesialis memastikan bahwa “kanker pun telah berlalu”. Pada hari-hari terakhirnya, di atas ranjang kematian, dia membisikkan kepada orang-orang yang dicintainya, “Ini pun akan berlalu”, dan dengan enteng dia meniggalkan dunia ini. Kata-katanya adalah pemberian cinta terakhir bagi keluarga dan teman-temannya. Mereka belajar darinya bahwa “Kesedihan pun akan berlalu”…

Dikutip dari: Membuka Pintu Hati (Oleh: Ajahn Brahm)

10 Komentar »

  1. gdwgdw said

    yah.. menjalani hidud dengan sebagaimana jalannya. Saat doa tak lagi meminta.. Ini pun akan berlalu 🙂

  2. Deddy said

    Merenung sejenak *bingung mau comment apa* Lalu teringat, “Ini pun akan berlalu…” 🙂 Mau ngga mau, siap ngga siap… waktu tetap saja akan berlalu. Kita tak akan bisa merubah waktu yang telah berlalu, maka yang musti berubah adalah kita untuk kedepannya.

    Tak ada yang kekal di dunia ini selain ketidakkekalan. Dan ini pun akan berlalu… Thanks for inspiring my day, Tha…

  3. Martha, dr said

    @ gdwgdw: Saat doa tak lagi meminta…. saat menerima kenyataan dengan penuh syukur… Ini pun akan berlalu… 🙂

    @ Deddy:Setuju… Tak ada yang kekal kecuali ketidakkekalan itu sendiri 🙂

  4. cecilia said

    ouch…
    dalem banget jeng…

  5. ititut4rya said

    cocok neh untuk pasien-pasien cemas dan depresi… saya coba deh bilangin ini ke mereka…

  6. yudhine said

    Sulitnya berkata dan menerima kata-kata itu mbak . . .

  7. Andre said

    wah..bagus sekali sis..inspiratif banget! 🙂

  8. haryoga said

    yup…ini pun akan berlalu…. sama seperti yang sering aq denger dari kaset gede prama. ini pun pasti berlalu…… heheee….. lumayan membuatqu tegar melalui masa koas dulu ^..^V

  9. haryoga said

    selamat menempuh hidup baru dr. martha n dr. deddy
    semoga hidup berbahagia yoooo… ^..^V

  10. Busthomi said

    Yap… kesedihan ini aku tau akan berlalu.. kesedihan kehilangan kamu tha.. he he, salam buat mas dedy ya.. dan calon baby nya..

RSS feed for comments on this post · TrackBack URI

Tinggalkan komentar